Minggu, 31 Juli 2011

Sri Sultan HB X ; KEPEMIMPINAN VISIONER

Jumat, 19 November 2010

Sri Sultan HB X ; KEPEMIMPINAN VISIONER

Dua orang pemimpin dalam satu organisasi mungkin memiliki pengalaman dan peluang yang serupa, namun mereka bisa saja memiliki visi mengenai masa dapan organisasi yang berbeda. Mengapa ? Karena mereka mungkin bertindak berdasarkan premis atau logika yang berbeda, visi mengenai cara kerja dunia yang berbeda pula.

Visi adalah pernyataan mengenai tujuan, mengenai akhir dari sebuah usaha, karenanya visi berorientasi pada masa depan dan direalisasikan dalam jangka waktu yang berbeda. Peran visi yang paling penting dalam kehidupan organisasi adalah untuk memberikan fokus pada energi manusia.

Untuk memungkinkan setiap orang peduli pada organisasi, sehingga dapat melihat dengan lebih jelas apa yang ada di depan mereka, para pemimpin harus memiliki dan mengutarakan sebuah fokus. Kebalikannya, bayangkan perasaan jika kita harus melihat slide show di atas proyektor tidak fokus serta gambar-gambarnya kabur, buram, dan tidak jelas.

Reaksi yang muncul sudah dapat diprediksi dari awal. Orang-orang mengekspresikan rasa frustasi, tidak sabar, kebingungan, marah bahkan pusing. Mereka menghdindari situasi tersebut dengan menoleh ke arah lain. Ada pula yang berinisiatif untuk mengatur fokus proyektor sendiri. Mereka tetap merasa terganggu karena orang yang memegang tombol dan mestinya mengatur fokus tidak menjalankan tugasnya dengan baik.

Tugas seorang pemimpin adalah menjaga agar proyektor tetap fokus, menjaga agar keseluruhan gambar, yaitu keseluruhan tujuan atau visi organisasi jelas terlihat. Hal ini memungkinkan orang untuk memiliki gambaran yang jelas mengenai seperti apa bentuk masa depan, ketika semua orang telah menambahkan potongan-potongan gambar mereka sendiri.

Pemimpin yang memfokuskan lensa dapat menginspirasikan orang lain untuk terlibat dalam usaha bersama. Dengan pemikiran seperti itu, mereka dapat memberikan konstribusi kepada keseluruhan gambaran tersebut secara efisien dan dengan rasa percaya diri. Apakah kita sedang memimpin departemen kecil, organisasi besar yang beranggotakan puluhan ribu orang, atau keomunitas beranggotakan ratusan ribu orang, visi bersama berfungsi untuk mengatur agenda serta memberi arah dan tujuan kepada kelompok.

Sebagai pemimpin, kita harus melihat ke masa depan kemudian menciptakan kondisi bagi yang lainnya untuk bersama-sama membangun visi bersama-visi yang didasari oleh gambaran-gambaran ideal dan unik mengenai masa depan bersama. Visi dapat bertahan selama bertahun-tahun dan membuat kita tetap memfokuskan masa depan. Pernyataan ini tampaknya memperoleh pembenarannya jika dilihat dari hasil survei yang dilakukan atas harapan publik terhadap kepemimpinan politik yang diambil dari 1.200 responden dari 33 propinsi dengan metode kuisioner pada Mei 2007 yang lalu.

Untuk calon Presiden. Menteridan Kepala Daerah dari akademisi atau intelektual memperoleh suara 29,3 - 37,9 persen, sedangkan dari kalangan partai politik sebagai pilihan kedua sekitar 13 - 20,4 persen. Di samping itu, pemipin yang mayoritas disuai responden adalah yang memiliki tipe visioner, ketimbang tipe administratur. Sebanyak 35,2 persen responden menginginkan pemimpin yang memiliki visi dan arah serta tujuan jangka pantang, 34,2 persen menginginkan pemimpin yang komunikatif dengan rakyat.

Masyarakat ternyata lebih menginginkan calon pemimpin mendatang mempunyai visi ke depan yang berasal dari kalangan akademisi atau intelektual. Kerinduan masyarakat terhadap intelektual ini bukan karena mereka yang terbaik, tapi karena kekecewaan terhadap sumberdaya dari parpol atau ormas.

Sumber : Ceramah Bapak Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pada Peserta Pendidikan Politik Kader Bangsa Tahap II Tingkat Andalan di Graha Insan Cita Depok.

http://soksisumedang.blogspot.com/2010/11/sri-sultan-hb-x-kepemimpinan-visioner.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar