Rabu, 03 Agustus 2011

Ade Komarudin: Soksi Miniatur Pluralisme

Ade Komarudin: Soksi Miniatur Pluralisme

Januari, 21 2011, 19:47:09 WIB oleh Admin

Jakarta, (kalimantan-news) - Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) Ade Komarudin menyatakan, persaudaraan dan kerukunan antarumat beragama di organisasinya merupakan miniatur pluralisme dan ibarat taman indah untuk memupuk semangat pluralisme antarumat.
"Kerukunan umat beragama di SOKSI merupakan miniatur pluralisme kerukunan umat beragama di Indonesia. Ini ibarat sebuah taman indah pluralisme," kata Ketum Depinas SOKSI Ade Komarudin di Jakarta, Jumat (21/01/2011).

Sebelumnya, puncak perayaan Natal pada Kamis (20/1) malam, berlangsung semarak dan dihadiri 1500 massa. Acara itu juga dihadiri Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbat Tandjung, Pendiri Soksi Suhardiman, Ferdiansyah, Chairuman Harahap, Anton Sihombing dan kader pengurus lainnya.

Pada acara tersebut juga ditandai penyerahan bantuan kepada 1.000 anak yatim, fakir miskin dan janda.

Lebih lanjut Ade mengatakan, SOKSI selalu mengedepankan semangat persaudaraan, perdamaian, cinta kasih dan memberi kasih sayang.

Menurut Ade, Panitia Natal Soksi kali ini dipegang oleh kader-kader yang beragama Islam.

Ade menegaskan kerjasama yang baik antarumat beragama dalam perayaan Natal ini menjadi teladan bagi ormas lainnya, karena saat berlangsungnya perayaan Halal Bihalal Idul Fitri lalu, justru yang beragama Kristen dan Hindu yang menyelenggarakannya.

Menurut Ade Komarudin, SOKSI sebagai satu-satunya organisasi yang didirikan oleh Prof Suhardiman sejak awal kelahirannya sudah menyatakan sebagai organisasi yang pluralis dan sampai saat ini tetap konsisten mempertahankan nilai-nilai pluralisme.

Bahkan, saat bersama-sama organisasi lain mendirikan Partai Golkar juga konsisten memperjuangkan agar Golkar juga menjadi organisasi yang pluralis.

"Karena itu, saya beserta seluruh jajaran bertekat memelihara dan menyirami taman indah pluralisme SOKSI ini dan menularkannya ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," katanya.

Ade mengakui, memelihara taman indah pluralisme itu memang bukan pekerjaan yang mudah, karena akhir-akhir ini hubungan kerukunan antar umat beragama sempat tercederai oleh pemeluk agama yang berfikir dan bersikap ekstrim, atau apa yang disebut radikalisasi agama.

Apa yang terjadi dalam masyarakat hanya mempertajam perbedaan, bukan mencari titik persamaan, hanya menyebarkan kebencian, bukan perdamaian. Bahkan, yang lebih parah justru mempromosikan konflik, bukan melakukan kerjasama atau aliansi dalam rangka membantu rakyat mencapai keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan.

"SOKSI menyadari perubahan itu tidak dapat terjadi dalam semalam. Apa yang telah dilakukan para tokoh-tokoh agama selama ini sudah sangat bagus, tetapi sayangnya belum melibatkan tokoh-tokoh agama yang bersikap dan berpikir ekstrim," tegas dia.

Ade Komarudin juga mencontohkan apa yang disampaikan para tokoh lintas agama dalam menyikapi kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Ya, kebenaran memang harus disampaikan, meski terasa pahit. Seperti menyampaikan kebenaran tentang adanya kebohongan. Itu perlu dilakukan. Meski untuk pihak-pihak tertentu mungkin sakit, tapi bila dipandang ada kebohongan, haruslah disampaikan. Bagi yang menyampaikan pesan kebenaran, tentu tidak boleh disertai perasaan bahwa dia-lah yang paling benar, dan yang lain salah. Sikap adigung adiguna alias kesombongan yang berlebih tidaklah boleh dimiliki oleh siapapun, terutama oleh para penyelenggara negara tanpa kecuali," ujarnya.

Karena itu, lanjutnya, SOKSI bertekat akan terus menyampaikan kebenaran dan berbuat kebajikan dengan karya-karya nyata dalam berbagai sektor kehidupan. SOKSI juga tidak akan merasa yang paling benar dan yang paling banyak berbuat kebajikan.

Ketua Panitia Ferdiansyah menyatakan, perayaan Natal ini sebagai wujud kebhinekaan dari SOKSI terhadap kerukunan antar umat beragama.

"Kepedulian dan kebersamaan SOKSI patut diaktualisasikan oleh ormas lainnya dalam menjaga solidaritas antar umat beragama," ujarnya.

Tradisi SOKSI

Sebelumnya, Pendiri SOKSI Prof Dr Suhardiman menyatakan, perayaan semacam ini merupakan ciri khas sekaligus tradisi SOKSI yang harus tetap dipertahankan dengan mengedepankan semangat pluralisme dan ke-Indonesian-an.

Hal ini, tambahnya, sekaligus merefleksikan ajaran agama yang mengedepankan sikap persaudaraan, persatuan, dan saling memberi kasih sayang.

Menurut Suhardiman, makna hakiki dari perayaan Natal adalah berdamai dengan diri sendiri dan juga dengan orang lain. Artinya, sebelum seseorang berdamai dengan orang lain, terlebih dahulu orang itu harus bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Apabila semua orang di muka bumi ini mampu berdamai dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain, maka dunia ini akan selamat dari segala musibah dan bencana.

"Umat manusia akan hidup tenteram menikmati kasih karunia Allah SWT, sehingga tidak ada lagi kebohongan baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Karena itu, apa yang disampaikan para tokoh lintas agama mengeluarkan pernyataan keras tentang kebohongan merupakan sebuah otokritik yang patut diperhatikan oleh semua pihak," katanya.

Andaikan pernyataan para tokoh lintas agama itu benar, katanya, maka hal ini bisa menjadi bencana besar bagi bangsa karena memiliki seorang pemimpin yang berbohong. "Dalam agama manapun, kebohongan itu merupakan perbuatan yang tercela dan dilarang oleh agama," tegasnya.

Suhardiman juga mengingatkan, perayaan Natal hendaklah menjadi momentum kembali ke fitrah dan senantiasa berbuat kebajikan bagi sesama umat manusia, sehingga mampu menjadi penerang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Karena, bangsa Indonesia sekarang ini sedang menghadapi berbagai cobaan dan tantangan, termasuk berbagai tindakan anarkis seperti insiden kekerasan jemaat HKBP yang mengatasnamakan agama. Kondisi ini menjadi tantangan kita bersama karena semangat pluralitas keagamaan kembali diuji.

"Pluralisme haruslah dipahami sebagai pertalian sejati kebinekaan dalam membangun ikatan-ikatan peradaban. Pluralisme menjadi suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia dalam semangat kebhinekaan yang kita miliki sesuai dengan cita-cita luhur para Founding Father," katanya.

Karena itu, Suhardiman mengingatkan SOKSI harus menjadi organisasi terdepan dalam membangun semangat kebhinekaan.

SOKSI, tambah Suhardiman, dilahirkan oleh semangat pembaruan dan pembangunan masyarakat Indonesia yang berorientasi pada prinsip kemerdekaan, kekeluargaan, dan keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. (phs/Ant)

http://www.kalimantan-news.com/berita.php?idb=3633

Tidak ada komentar:

Posting Komentar